Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kota Banda Aceh

Duta Bahasa Aceh: Majalah Neurôk Sangat Cocok Untuk Kaum Milenial

20
×

Duta Bahasa Aceh: Majalah Neurôk Sangat Cocok Untuk Kaum Milenial

Sebarkan artikel ini

Banda Aceh, Relasipublik.Com.- Setelah diterbitkan pada 12 Oktober 2020 di gedung PWI Aceh di Banda Aceh, Neurôk menjadi majalah pertama berbahasa Aceh yang resmi dengan diakritik (penanda bunyi secara fonetik) di era kekinian dan saat ini sudah banyak beredar di seluruh Aceh hingga ke luar pulau Sumatera, Rabu (30/12/2020).

Majalah Aceh yang berjumlah 67 halaman ini digagas oleh Ayah Panton beserta tim nya yang memuat tentang Sejarah, Adat, Makanan, Seni, dan Budaya Aceh hingga menjadikannya sangat menarik untuk dibaca.

Example 300x600

“Neurôk” dalam kata benda artinya Pembatas, dalam kata kerja Perekat, dalam kata kiasan Menyatu, dalam kata sifat mempersiapkan (Setting).

Dengan tema “Peutimang Boinah” yang artinya memelihara (Melestarikan) Khasanah (Pusaka) Aceh adalah edisi pertama dan nantinya akan disusul oleh edisi kedua dan seterusnya.

“Majalah Neurôk akan terus berlanjut sampai edisi-edisi berikutnya dengan tema yang berbeda, namun tetap dalam lingkup Ke-Acehan,” ungkap Ayah Panton.

Selain itu, Ziaul Fahmi selaku Duta Bahasa Favorit Provinsi Aceh tahun 2018 juga mengatakan bahwa majalah Neurôk sangat cocok untuk dibaca oleh pemuda-pemudi atau kaum milenial Aceh.

“Tulisan dalam bahasa Aceh yang benar sudah sangat jarang kita temukan, maka majalah Neurok salah satu bacaan yang bisa mengajari pemuda-pemudi Aceh untuk hal tersebut dan bisa menambah ilmu serta wawasan ke-Acehan”.

“Kata-kata yang digunakan murni Bahasa Aceh yang lengkap dengan _Diakritik_ bahkan banyak kata yang belum pernah kita dengar sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari,” tambah Ziaul.

“Kita berharap majalah ini akan terus maju dan diminati oleh banyak orang khususnya di Aceh, karena ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan atau melestarikan Bahasa Aceh supaya tidak punah”. tutup Ayah Panton. (Rls/H)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *